Ketika para pengelola FEB UNAIR bersantap malam, tiba-tiba seorang pria berumur 70-an menyapa ramah. Dengan senyum mengembang, beliau menanyakan apakah semua menu yang dipesan sudah tersaji di meja. Ternyata beliau adalah pemilik rumah makan Mbah Gito.
Selanjutnya kami merasakan kehangatan dari pemilik rumah makan yang bernuansa etnik jawa tersebut. Salam, foto dan diskusi berlanjut. Dan Mbah Gito dengan sabar memenuhi semua permintaan dan menjawab pertanyaan.
Kearifan lokal tergambar dari penyampaiannya mengenai pentingnya 'gethok tular' dalam memasarkan restonya. Maka keramahan ala jawa, terus dilakukan, termasuk menyapa para tamu. Beliau juga tidak tergoda untuk membuka jaringan franchise, karena materi bukan hal utama untuk dikejar.
Terima kasih, Mbah Gito atas ilmu pemasarannya yang memiliki kearifan lokal jawa tinggi. Semoga dapat menginspirasi wirausaha muda kita...