(FEB NEWS) SURABAYA, 18 MARET 2025 – Menjelang tenggat waktu pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (TPB/SDGs) tahun 2030, UNICEF Indonesia memperkuat komitmennya terhadap pemenuhan hak-hak anak melalui dukungan terhadap pendekatan pembiayaan inovatif di Jawa Timur, yaitu dengan Integrated Sub-National Financing Framework (ISFF). Dikembangan atas kerja sama dengan Universitas Airlangga, ISFF menjadi instrumen strategis untuk mengintegrasikan pembiayaan publik dan inovatif, sekaligus mendorong transparansi, akuntabilitas, dan keselarasan dengan prioritas pembangunan daerah.
Anak sebagai Prioritas: Tantangan dan Peluang di Jawa Timur
Sebagai provinsi dengan populasi anak mencapai hampir 9 juta jiwa, Jawa Timur telah menunjukkan kemajuan di sektor pendidikan, dengan tingkat partisipasi sekolah menengah atas mencapai 89,26% pada tahun 2023. Namun, tantangan signifikan masih membayangi, khususnya dalam hal angka stunting anak yang masih tinggi yakni 17,7%, serta tingkat kemiskinan sebesar 9,79%, yang berkontribusi terhadap keterbatasan akses terhadap pendidikan, layanan kesehatan, dan kebutuhan dasar lainnya. Kerangka ISFF dirancang untuk menempatkan anak-anak sebagai pusat dalam pengambilan keputusan pembiayaan pembangunan, dengan memberikan prioritas terhadap investasi pada bidang kesehatan, gizi, dan pendidikan.
Untuk dapat mencapai target SDGs pada tahun 2030, Jawa Timur diperkirakan membutuhkan total pembiayaan sekitar Rp2.300 triliun. Angka ini menunjukkan betapa mendesaknya kebutuhan akan pembiayaan yang inovatif dan kolaboratif. Dengan dukungan penuh dari Universitas Airlangga, ISFF telah berkembang menjadi wadah kolaborasi multi-pemangku kepentingan, yang tidak hanya memperkuat kapasitas pemerintah daerah, tetapi juga mendorong keterlibatan aktif sektor swasta untuk menciptakan dampak pembangunan yang berkelanjutan.
FGD Satu Visi: Dukungan Lintas Sektor untuk ISFF
Untuk memperkuat pondasi implementasi ISFF, tiga sesi Focus Group Discussion (FGD) telah diselenggarakan pada Februari hingga Maret 2025, yang melibatkan aktor-aktor lintas sektor, dengan rincian sebagai berikut:
1) Sektor Pasar Modal – Melibatkan Bursa Efek Indonesia (BEI) Jawa Timur yang berfokus pada mobilisasi modal melalui penawaran saham perdana (IPO), serta penerbitan obligasi hijau dan obligasi sosial. Dalam diskusi ini, BEI menyoroti pentingnya peran green bonds dan social bonds dalam mendukung pembiayaan proyek-proyek yang berfokus pada anak, sekaligus mengidentifikasi tantangan berupa kesenjangan literasi keuangan dan ketidaksesuaian program CSR dengan kebutuhan nyata masyarakat.
2) Sektor Keuangan Islam – FGD ini melibatkan lembaga-lembaga seperti Baznas, LAZISMU, YDSF, LMI, dan lainnya, yang bersama-sama membahas strategi penyelarasan dana Zakat, Infaq, Sadaqah, dan Wakaf (ZISWAF) dengan tujuan pembiayaan ISFF, sehingga pengelolaan dana keagamaan dapat lebih terarah dalam mendukung pembangunan yang inklusif dan berkeadilan.
3) Sektor Keuangan dan Sektor Swasta – Diskusi ini juga menghadirkan perwakilan dari Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Jawa Timur, Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan Wilayah Jawa Timur, Bank Jatim, Bank Muamalat, Bank Syariah Indonesia (BSI) Surabaya, serta Kamar Dagang dan Industri (KADIN). Fokus pembahasan tertuju pada optimalisasi pembiayaan proyek SDGs melalui pendekatan keuangan hijau (green finance), pembiayaan mikro, dan skema Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU).
Meskipun inisiatif ISFF telah memperoleh momentum yang positif, para pemangku kepentingan juga mencatat sejumlah tantangan yang perlu segera ditangani. Di antaranya adalah rendahnya literasi keuangan masyarakat, hambatan regulasi yang membatasi inovasi pembiayaan, serta kurangnya sistem pemantauan dan evaluasi yang memadai untuk memastikan akuntabilitas dalam implementasi investasi yang berfokus pada kesejahteraan anak.
ISFF muncul tidak hanya sebagai kerangka kerja pembiayaan, tetapi juga sebagai model inovasi dan kolaborasi lintas sektor, yang memperkuat kesiapan Jawa Timur untuk membentuk lanskap pembangunan baru yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Dengan memanfaatkan sumber daya dan kemitraan strategis, ISFF membekali provinsi ini dengan alat dan jaringan untuk menciptakan dampak nyata demi generasi mendatang, serta membuktikan bahwa pembiayaan yang berpihak pada anak adalah investasi terbaik bagi masa depan.