Telur bebek merupakan salah satu sumber protein hewani. Namun, popularitas telur bebek masih kalah jika dibandingkan sumber-sumber protein hewani lainnya. Pasalnya, telur bebek memiliki kadar kolesterol yang tinggi serta memiliki bau yang amis jika dibandingkan jenis telur lainnya. Hal ini menjadikan banyak orang menghindari konsumsi telur bebek.
Rendahnya permintaan masyarakat terhadap telur bebek ini berimbas pada para pelaku bisnis telur bebek seperti peternak dan buruh pengelola peternakan telur bebek. Mereka banyak menghadapi kegagalan dalam berbisnis akibat rendahnya permintaan akan telur bebek di pasaran.
Berangkat dari permasalahan ini, kelompok mahasiswa wirausaha bidang produksi/budidaya prodi S1 Akuntansi FEB UNAIR yang diketuai oleh Rizky Ahmad Maulana Hamdany membuat sebuah inovasi telur bebek rendah kolesterol dan bebas bau amis. Bersama keempat rekannya yakni Vany Erdiyanti Pratama, Rani Idealistanti Osmena, Sulistina, dan Muhammad Hasan Fuadi, ia membuat sebuah usaha bertajuk “Duck Point Special Egg with Low Cholesterol.”
Inovasi bisnis inilah yang juga mengantarkan mereka lolos pendanaan Program Pembinaan Mahasiswa Wirausaha (P2MW) Kemdikbud Ristek RI. “Awalnya, ini bisnis keluarga saya yang ada di Kabupaten Probolinggo Itu awalnya cuma peternakan bebek biasa,” tutur Rizky pada wawancara Kamis (6/10/2022).
Guna menghasilkan produk telur bebek yang rendah kolesterol dan bebas bau amis, Rizky beserta rekan-rekannya memberikan beberapa treatment dalam usaha peternakan telur bebek ini. Salah satunya adalah fresh garlic treatment untuk mengurangi kadar kolesterol dalam telur bebek.
“Itu (fresh garlic treatment, Red) kita merendam pakan bebek dengan air bawang selama satu malam. Kemudian, kita memberikan bebek tersebut pakan bebek yang sudah direndam dengan air bawang dengan komposisi tertentu sehingga telur yang dihasilkan oleh bebek tersebut berkurang kadar kolesterolnya,” terang Rizky.
Selain fresh garlic treatment, Rizky beserta rekan-rekannya juga memberikan betel chalk treatment pada proses produksi telur bebek yang mereka rintis. ”Telur bebek itu kita rendam di air betel chalk (kapur sirih) selama tiga jam. Nah, itu terbukti dapat mengurangi bau amis dari telur bebek,” tutur mahasiswa angkatan 2021 ini.
Di bawah bimbingan Ni Made Gitanadya SM MM, Rizky beserta rekan-rekannya berharap dapat meningkatkan kesejahteraan para pelaku usaha peternakan telur bebek utamanya di Kabupaten Probolinggo. “Kami ingin menyejahterakan para buruh peternak bebek yang ada di Kabupaten Probolinggo dengan memberikan pelatihan, kesempatan kerja, dan gaji yang lebih layak pada mereka dengan usaha P2MW ini,” ungkap Rizky.
Menggunakan tagline “Ada Doa Peternak Bebek di Setiap Butirnya,” kelima mahasiswa yang sama-sama memiliki minat di bidang bisnis ini berharap dapat melakukan ekspansi bisnis dari inovasi yang mereka gagas. “Jadi, kita itu tiap harinya memproduksi 90-100 butir telur dan itu tergantung sama kondisi bebeknya juga. Kami mau ekspand bisnis jadi 200 telur,” pungkas Rizky di akhir wawancara.
Penulis: Agnes Ikandani