Semangat Menolong dan Toleransi

Oleh :
Tri Siwi Agustina
Pusat Kewirausahaan dan Relasi Industri Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga

Momentum Hari Raya Idul Adha 10 Zulhijjah 1442 Hijriah (20 Juli 2021) diperingati kedua kalinya dalam suasana pandemi Covid-19 melanda bumi pertiwi. Tentunya hal tersebut bukanlah sebuah waktu yang kebetulan yang terjadi begitu saja. Secara umum hal tersebut merupakan sinyal dari sang Khalik bahwa peringatan Idul Adha di tengah keprihatinan melonjaknya kasus Covid-19 di tanah air mengajarkan kita pada semangat ta’awun dan semangat tasamuh. Semangat ta’awun berasal dari sifat suka menolong sesama atau kepedulian , sedangkan semangat tasamuh berasal dari sifat toleran atau kesediaan menerima perbedaan.
Nabi Ismail memberikan tauladan bahwa keikhlasan untuk menjalankan perintah Allah Subhanahu wa ta’ala meskipun harus menyembelih Nabi Ibrahim, putra tercintanya yang sudah sangat lama ditunggu kehadirannya. Perintah tersebut mereflesikan bagi umat untuk mengikis hawa nafsu dan menggugah kepedulian untuk menolong dilandasi dengan keikhlasan dan kecintaan.
Semangat tasamuh atau toleran yang dipetik dari peringatan Idul Adha tidak terlepas dari pelaksanaan ibadah Haji, dimana setiap tahunnya jutaan umat muslim dari berbagai penjuru dunia menunaikan rukun Islam kelima tersebut dengan damai tanpa memandang suku, warna kulit, jabatan, aliran, bahasa dan budaya melaksanakan wukuf di padang Arafah.
Pertengahan tahun 2021 ini, virus Covid-19 dengan berbagai varian baru membuat banyak warga di tanah air terpapar. Setiap harinya terus dilaporkan puluhan ribu kasus positif Covid-19. Rumah sakit kewalahan hingga harus menerima pasien dengan mendirikan tenda di halaman , hingga kurangnya pasokan tabung oksigen bagi rumah sakit maupun bagi masyarakat yang mengalami sesak napas berdampak pada banyaknya warga yang menghembuskan nafas terakhir karena terlambat mendapatkan bantuan oksigen. Demikian juga banyak ditemukannya warga yang meninggal ketika sedang isoman tanpa diketahui oleh lingkungan sekitarnya.
Perwujudan sifat ta’awun dan tasamuh sangat nyata di hadapan kita saat ini. Aksi tersebut ada yang melakukannya secara individu, adapula yang terkoordinir dalam satu kelompok, contohnya : Gerakan patungan berbagai tabung oksigen yang digagas kitabisa.com bekerja sama dengan sebuah lembaga penyalur zakat ; Seorang aktor sekaligus presenter ibukota terkenal di tanah air rela mengubah mobil mewah kesayangannya untuk mengantar pasien Covid-19 ke rumah sakit ; Para alumni sebuah Perguruan Tinggi Negeri di Sutrabaya menggalang dana “Saweran Satus Ewuan” untuk membeli ambulan atau kendaraan operasional multiguna yang dapat digunakan untuk antar jemput pasien, suplai makanan atau obat – obatan hingga untuk kepentingan vaksinasi ; pasangan suami istri di Bali membuat gerakan “AkuforBali” untuk menyalurkan dan memberikan bantuan sembako pada warga yang sedang menjalani isoman; Seorang pemilik rumah makan dan catering ternama di Kota Semarang memutuskan untuk menggratiskan makanan produksinya dengan tujuan membantu para pejuang isoman memenuhi asupan gizi.
Berbagai aksi bantu warga tersebut diatas, merefleksikan bahwa masih banyak orang – orang baik di negeri ini yang menunjukkan bahwa anugerah apapun yang dimiliki saat ini, baik ketenaran, kekayaan, kecerdasan, keahlian, keterampilan, pengetahuan dan hal lainnya mengandung tanggung jawab untuk diperluas manfaatnya. Mengutip tulisan rekan saya Kusmulyono (2020) dalam tulisannya tentang The Power of Can’t Not Do, dalam buku tentang Kewirausahaan Sosial, aksi bantu warga ini tidak terlepas dari semangat untuk membantu lingkungannya dengan “kekuatan” yang dimiliki yaitu kekuatan cinta dan hasrat untuk menolong sesama. Dalam kalimat yang sederhana, The Power of Can’t Not Do dapat dikiaskan sebagai “kalau bukan kita, siapa lagi”. Kalimat ini sangat menarik karena menjadi energi tak terbatas untuk menjalani hasrat untuk menyelesaikan masalah sosial sesuai dengan kompetensi yang dimiliki.
Mari jadikan momentum Idul Adha untuk menjadikan semangat ta’awun dan tasamuh bahu membahu mendukung pemerintah menekan angka penularan dan kematian akibat Covid-19. Dengan semangat tolong menolong dan semangat toleran sesuai dengan anugerah yang dimiliki masing-masing untuk mewujudkan Indonesia terbebas dari Covid-19 tanpa memandang keragaman masyarakat yang terjadi.

https://www.harianbhirawa.co.id/refleksi-idul-adha-di-tengah-pandemi-covid-19/