(FEB NEWS) Melihat Industri halal di Indonesia yang terus mengalami perkembangan dari waktu ke waktu, membuat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga (FEB UNAIR) tidak ingin tertinggal untuk ikut mengambil peran dalam perkembangan dan pertumbuhan tersebut. Pada hari Rabu, 13 Juli 2022, FEB UNAIR  bekerjasama dengan PUSAT HALAL UNAIR dan Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal Kementerian Agama RI (BPJPH) mengadakan seminar yang membahas tentang penelitian/riset bidang halal dengan tema besar “Ekspose Riset/Inovasi Produk dan Bahan Baku Alternatif Halal: Menguatkan Industri Halal Indonesia Menuju, Pusat Produsen Halal di tahun 2024”. Seminar ini dihadiri oleh Menteri Perindustrian Republik Indonesia yang diwakili oleh Staf Ahli Menteri Perindustrian Bidang Iklim Usaha dan Investasi Republik Indonesia, Bapak Andi Rizaldi. Rektor Universitas Airlangga yang diwakili oleh Wakil Rektor Bidang Riset, Inovasi dan Community Development Universitas Airlangga, Prof. Dr. Ni Nyoman Tri Puspaningsih M.Si, Kepala Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal Atau (BPJPH), Dr. Muhammad Aqil Irham, M.Sc, Kepala Pusat Registrasi Dan Sertifikasi Halal  Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal Kementerian Agama RI, Dr. H. Mastuki, M.Ag.,  Ketua Pusat Halal Universitas Airlangga, Dekan dan Wakil Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga juga hadir di tempat. Selain itu, seminar dihadiri pula oleh Koordinator Pada Bidang Kerjasama Pusat Kerjasama Dan Standarisasi Halal BPJPH, Ibu Fertiana Santy, Ph.D, Ketua Departemen Ekonomi Syariah FEB UNAIR, Dr. Sri Herianingrum, S.E., M.Si., Wakil Dekan Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Ketua Lembaga Halal Center UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, serta beberapa tamu undangan lainnya. 

 

One Day Seminar dilakukan secara hybrid, yaitu bertempat di Aula Fadjar Notonagoro FEB UNAIR serta via Zoom Meeting. Dipandu oleh MC, Ratu Shalsabila Arifin dan Muhammad Ichsanul Aulia, mahasiswa Ekonomi Islam FEB UNAIR pada jam 09.00 WIB, seminar secara resmi dimulai. Setelah menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, Hymne Airlangga, dan pembacaan do’a, keynote speech dan sambutan demi sambutan disampaikan.

 

Bapak Andi Rizaldi, staf ahli Menteri Perindustrian Bidang Iklim Usaha dan Investasi Republik Indonesia, dalam keynote speech-nya menyampaikan bahwa salah satu visi Pilar Pembangunan Indonesia 2045 adalah peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dan pemerintah telah mengeluarkan peraturan dalam mendukung visi pilar tersebut.

 

 

Beliau juga menyampaikan bahwa Indonesia menduduki peringkat tujuh atas publikasi terbanyak dunia dengan jumlah publikasi sebanyak 14.090. Data menunjukkan bahwa Indonesia masih tertinggal dalam hal riset dan publikasi dari negara-negara konferensi Islam dunia lainnya. Selain itu, permasalahan utama dalam produk halal di Indonesia adalah bahan baku dan bahan penolong yang masih impor. Oleh karenanya, tantangan Indonesia dalam bidang halal saat ini adalah bagaimana menciptakan substitusi bahan baku impor yang bersifat lokal. Dan untuk mewujudkan hal tersebut, salah satu langkah yang perlu dilakukan adalah riset dan inovasi. Dan Portal Inovasi yang diadakan oleh BPJPH merupakan penghubung semua riset dan inovasi sehingga dapat mempercepat mencari jawaban dari permasalahan produk halal yang ada.

 

Kemudian sambutan disampaikan oleh Wakil Rektor Bidang Riset, Inovasi, dan Community Development Universitas Airlangga, Prof. Dr. Ni Nyoman Tri Puspaningsih, M.Si. Dalam sambutannya, beliau menyebutkan bahwa dalam mendukung perkembangan produk halal, Universitas Airlangga memiliki Halal Center. Bahkan melanjutkan dari pembahasan Bapak Andi Rizaldi terkait bahan baku, Universitas Airlangga sudah menghasilkan produk kapsul halal yang terbuat dari zat halal rumput laut. Hal ini bisa mendukung kemandirian bahan baku halal dan obat Indonesia. Dan jika Indonesia sudah mencapai kemandirian bahan baku halal, maka akan bisa ekspor kepada penduduk muslim dunia. Oleh karenanya diperlukan riset halal agar masyarakat mendapat informasi sebanyak-banyaknya. 

 

Sambutan yang kedua disampaikan oleh Ketua Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) Republik Indonesia, Dr. Muhammad Aqil Irham, M.Sc. Beliau sempat menyebutkan bahwa halal saat ini sudah menjadi tren global yang menjadi concern beberapa negara. Ada 35 negara yang bekerjasama dengan BPJPH yang sebagian besar terdiri dari negara Amerika Latin dan Eropa. Bagi negara asing, spending penduduk atas produk halal yang sangat tinggi membuat mereka tergiur untuk ikut andil. Akan tetapi hal ini menyebabkan bergesernya istilah halal menjadi terkait dengan industri, pertumbuhan pasar, dan ekonomi, sehingga menjadi diminati oleh pasar global. Menurut beliau, peran perguruan tinggi sangat strategis untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya dalam jaminan produk halal. Terakhir, beliau juga setuju atas pernyataan Bapak Andi Rizaldi dan Prof. Dr. Ni Nyoman Tri Puspaningsih, M.Si. terkait tantangan Indonesia tentang bahan baku yang masih impor dan diperlukannya riset dan inovasi dalam menyelesaikan permasalahan tersebut. Sambutan beliau ditutup oleh prosesi Launching Portal Inovasi Halal.

 

Kemudian acara dilanjutkan dengan Penandatanganan Perjanjian Kerja Sama Jaminan Produk Halal antara Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) Republik Indonesia Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga. Perjanjian Kerja Sama Jaminan Produk Halal tersebut ditandatangani oleh Dr. Muhammad Aqil Irham, M.Sc selaku Kepala Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) yang didampingi oleh Kepala Pusat Registrasi Dan Sertifikasi Halal Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal Kementerian Agama RI - Dr. H. Mastuki, M.Ag. dan Prof. Dr. Dian Agustia, SE., MSi., Ak. CMA. CA. selaku Dekan FEB UNAIR didampingi Ketua Departemen Ekonomi Syariah FEB UNAIR. Kerja sama tersebut meliputi MBKM (Merdeka Belajar Kampus Merdeka) dan beberapa poin mengenai Tri Dharma Perguruan Tinggi.

(Penandatanganan Perjanjian Kerja Sama Jaminan Produk Halal oleh Dr. Muhammad Aqil Irham, M.Sc - Kepala Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) dan Prof. Dr. Dian Agustia, SE., MSi., Ak. CMA. CA. selaku Dekan FEB UNAIR.)

 

Setelah sambutan, launching, dan penandatanganan kerja sama, kemudian acara dilanjutkan dengan Talkshow bertema “Bahan Baku Alternatif Dalam Industri Halal” yang dimoderatori oleh Bapak Sulistya Rusgianto, Ph.D. beserta para pembicara utama Prof. Ir. Yuny Erwanto, S.Pt., MP., PhD, IPM (Institute for Halal Industry & System) - Wakil Dekan Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Dr. Agung Sosiawan, drg., M.Kes. - Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga, Dr. Begum Fauziyah - Ketua Lembaga Halal Center UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.

 

Prof. Ir. Yuny Erwanto, S.Pt., MP., PhD, dalam materinya menjelaskan tentang penggunaan kolagen di Indonesia yang tingkat konsumsinya sangat tinggi dan tidak hanya digunakan dalam satu bidang tertentu saja. Salah satunya di bidang kosmetik yang saat ini menjadi tren di kalangan wanita. Kolagen sendiri bisa terbuat dari sapi, ikan, ataupun babi, akan tetapi bahan yang paling banyak digunakan sebagai bahan dasar kolagen adalah babi. Karena pemotongan terbanyak di negara Eropa dan China adalah hewan tersebut. 

 

Indonesia sendiri dalam konsumsi kolagen dan gelatin 100% impor dari luar negeri. Sedangkan Malaysia, ada sebuah perusahaan yang memproduksi kolagen dengan bahan dasar ikan. Akan tetapi sumber bahan yang digunakan (ikan) mengambil dari Indonesia karena keterbatasan sumber daya di Malaysia. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia sebenarnya memiliki potensi dalam sumber daya untuk mengembangkan sendiri, akan tetapi belum di-support oleh negara.

 

Kemudian pembicara kedua, yaitu Dr. Agung Sosiawan, drg., M.Kes., membahas hubungan kedokteran gigi dengan kehalalan. Bahwa rata-rata bahan kedokteran gigi juga impor, sesuai yang dinyatakan Bapak Andi Rizaldi dalam keynote speech beliau juga. Namun apabila membahas dalam konteks forensik, maka kaitannya adalah dengan menjamin penggunaannya pada masyarakat luas tidak mengandung bahan-bahan yang haram dan terkait dengan peraturan serta kebijakan. Maka sangat penting bagi kita untuk melakukan upaya penyelidikan adanya kesengajaan atau tidak dalam kasus pencampuran bahan halal dan non-halal. Terutama dalam produk makanan. Salah satu metode yang digunakan adalah PCR (Polymerase Chain Reaction) karena merupakan metode yang paling kuat dalam amplifikasi DNA. 

 

Dan pembicara terakhir, yaitu Dr. Begum Fauziyah, membahas penelitian beliau di bidang farmasi. Ada 3 ketentuan bahan produk farmasi; yang berasal dari hewan, tumbuhan, dan mikroba, yang dapat dikembangkan dengan tetap mengacu kepada bahan tersebut. Farmasi sendiri hampir 95% bahan-bahannya impor dari luar negeri, sebagaimana yang dipaparkan Bapak Andi Rizaldi sebelumnya, dengan 60% dari China dan 30% dari India. Dan dua negara tersebut bukan merupakan negara muslim. Oleh karena itu beliau melakukan penelitian bahwa terkait bahan substansial yang bisa digunakan dalam bidang farmasi. Salah satunya adalah selulosa yang dapat diproduksi dari ampas tebu. Beliau juga melihat bahwa Indonesia memiliki potensi dalam memproduksi selulosa dari ampas tebu tersebut, karena Indonesia termasuk dalam 10 negara terbesar penghasil tebu dan memiliki limbah ampas tebu yang tinggi. Hal ini menjadikan peluang bagi Indonesia sebagai negara penghasil selulosa halal.

 

Setelah sesi Talkshow 1 ditutup dengan tanya-jawab, acara dilanjutkan dengan Talkshow 2 bertema “...“. Talkshow 2 dimoderatori oleh Bapak Dr. Mochammad Soleh S.E., M.EI. beserta dua pembicara Dr. Ririn Tri Ratnasari, SE., M.Si. Ketua Center for Halal Industry and Digitalization (CHID) Dosen Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga dan Bapak Dr. Phil. Syafiq Hasyim, MA. Direktur Perpustakaan dan Budaya Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII).

 

Dr. Ririn Tri Ratnasari, SE., M.Si. dalam materinya membahas tentang penelitian wisata halal, yang ternyata justru memberikan pemasukan yang luar biasa terhadap PDB Indonesia. Secara umum, Halal Tourism adalah wisata yang didasarkan pada nilai-nilai Islam. Beliau lebih menonjolkan Halal Tourism yang ada di Sumatera karena pernah mendapatkan penghargaan atas wisata halal yang ada, selain memang ada situs budaya islami. Dalam penelitian Dr. Ririn, responden berdasarkan fakta lapangan bahwa pengunjung muslim mendapatkan kemudahan dalam mengakses berbagai hal, destinasi, dan kesesuaiannya dengan budaya islami. Meski terdapat banyak aspek yang baik sebagai salah satu wisata halal Indonesia, Sumatera Barat masih perlu adanya komitmen yang lebih untuk meningkatkan kualitas wisata halal di sana.

 

Kemudian Bapak Dr. Phil. Syafiq Hasyim, MA. membawakan materi tentang persoalan halal dari segi hukum Islam atau fiqih. Beliau berkata bahwa sebelumnya sempat sedikit perdebatan, mengapa yang disertifikasi adalah barang halal dan bukan yang haram? Karena barang halal lebih banyak daripada barang yang haram dan barang yang banyak akan menghabiskan pengeluaran lebih besar. 

 

Indonesia secara general menggunakan mazhab syafi'i, dimana suatu produk halal juga diperlukan proses yang halal, bukan hanya halal barangnya saja. Sedangkan sistem di Indonesia belum menjangkau hal tersebut dan merupakan kelemahan sistem Indonesia. Menurut beliau, sistem Indonesia yang belum inklusif belum bisa menjamin terwujudnya Indonesia sebagai Pusat Halal Dunia di tahun 2024.

 

Setelah diadakan tanya-jawab terkait materi yang dibawa pada Talkshow 2, acara dijeda dengan ISHOMA kemudian dilanjutkan dengan sesi Panel Riset-riset Halal yang dibagi menjadi dua kelompok dengan masing-masing topik dan moderator yang berbeda. Ibu Puji Sucia Sukmaningrum, SE., CIFP. dengan topik “Halal Farmasi dan Kosmetik” dan Bapak Adistiar Prayoga, S.EI., MM dengan topik “Halal Tourism and Food”. Di akhir sesi, moderator menyimpulkan diskusi dan menutup acara secara resmi.