
(Kisah Inspiratif) Surabaya – Menjalani studi sarjana dan pascasarjana secara bersamaan tentu bukan hal mudah. Namun, hal tersebut tidak menjadi penghalang bagi Auvi Diyanati Kanasibah, lulusan program Fast Track dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga (FEB UNAIR), jurusan Sains Ekonomi Islam. Dengan tekad yang kuat serta manajemen waktu yang baik, Auvi berhasil menyelesaikan pendidikan S1 dalam waktu 3 tahun 2 bulan dan pendidikan S2 hanya dalam waktu 1 tahun 1 bulan—lebih cepat dari jalur reguler. Ia pun dinobatkan sebagai lulusan terbaik jenjang S1 dan berhasil menyelesaikan S2 pada usia 22 tahun.
Perjalanan Auvi membuktikan bahwa dedikasi, keberanian mengambil keputusan besar, serta semangat pantang menyerah mampu mengantarkan seseorang pada pencapaian luar biasa. Yuk, simak kisah inspiratifnya berikut ini!
Bertahan di Tengah Kesendirian dan Tekanan Akademik
Menjadi salah satu dari tiga mahasiswa yang lolos seleksi program Fast Track FEB UNAIR tentu merupakan prestasi membanggakan. Namun, di balik keberhasilan itu, Auvi harus menghadapi kenyataan bahwa ia menjalani studi S2 nyaris tanpa teman seperjuangan.
“Waktu S1, aku punya banyak teman karena aktif di organisasi, lomba, dan kegiatan kampus. Tapi di S2, rasanya harus bertahan sendiri,” ungkap Auvi.
Rasa kesepian sempat menjadi tantangan mental tersendiri. Meski demikian, ia tetap memilih untuk menjaga semangat dan memaknai program Fast Track sebagai peluang berharga yang tak datang dua kali.
“Ini kesempatan besar yang nggak datang dua kali. Jadi harus kuat, semangat, dan tetap fokus,” tambahnya.
Manajemen Waktu: Kunci Menjalani Dua Dunia Sekaligus
Keberhasilan Auvi dalam menyelesaikan pendidikan S1 dan S2 dalam waktu singkat tak lepas dari kemampuannya dalam mengelola waktu secara efektif. Sejak masa S1, ia sudah terbiasa membagi fokus antara perkuliahan dan aktivitas non-akademik seperti organisasi dan kepanitiaan kampus.
Kemampuan tersebut semakin teruji ketika memasuki semester kedua S2. Di saat mahasiswa lain fokus penuh pada kuliah, Auvi justru memutuskan untuk bekerja penuh waktu sambil tetap mengikuti perkuliahan malam hari.
“Manajemen waktu itu penting banget. Waktu kuliah aku kerja, terus malamnya lanjut kelas. Tapi karena sudah terbiasa dari S1, jadi aku bisa menyesuaikan,” jelasnya.
Bagi Auvi, setiap jam dalam sehari adalah peluang yang harus dimanfaatkan sebaik mungkin. Ia percaya bahwa konsistensi semangat akan memampukan seseorang menjalani banyak tanggung jawab tanpa kehilangan arah.
Motivasi Terbesar: Membanggakan Orang Tua
Salah satu alasan terkuat di balik keputusan Auvi menempuh jalur Fast Track adalah keinginannya untuk membanggakan orang tua. Menurutnya, menyelesaikan pendidikan lebih cepat bukan hanya efisien dari segi waktu dan tenaga, tetapi juga menjadi bekal berharga dalam menghadapi masa depan.
“Kalau bisa menyelesaikan pendidikan lebih cepat, kita jadi punya lebih banyak waktu untuk mengembangkan diri dan mulai membangun karier,” tuturnya.
Auvi juga mendorong mahasiswa lainnya untuk mempertimbangkan program Fast Track sebagai pilihan yang menjanjikan. Selain menantang, program ini memberikan banyak keuntungan jangka panjang, baik bagi mereka yang ingin menjadi akademisi maupun profesional di dunia kerja.
Menutup Lembar, Membuka Harapan Baru
Perjalanan pendidikan Auvi Diyanati Kanasibah membuktikan bahwa jalur cepat bukan berarti tanpa rintangan. Ada banyak pengorbanan, rasa sepi, tekanan, dan kerja keras di balik gelar yang ia raih. Namun, semua itu sepadan dengan hasil yang luar biasa.
Dengan tekad, disiplin, dan semangat untuk terus belajar, Auvi menunjukkan bahwa tidak ada yang mustahil selama kita percaya pada diri sendiri dan berani mengambil langkah besar. Kisahnya menjadi inspirasi bagi banyak mahasiswa bahwa setiap tantangan bisa ditaklukkan asalkan dijalani dengan hati yang kuat.
Kalau kamu juga punya impian menyelesaikan pendidikan lebih cepat, mungkin jalur Fast Track bisa jadi jalanmu. Seperti Auvi, bisa jadi pilihan besar itu justru membuka pintu menuju masa depan yang lebih cerah.
Penulis: Ahmad Jeffy (E-Radio FEB UNAIR)