
(Kisah Inspiratif) Jumat, 25 April 2025 — Di tengah suasana haru dan sukacita wisuda Universitas Airlangga, sosok Ebou, mahasiswa internasional asal Gambia, mencuri perhatian dengan kisah perjuangan dan semangat belajarnya. Ebou baru saja menyelesaikan Program Magister Ilmu Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga.
Perjalanan Ebou ke Indonesia bermula dari cerita seorang temannya yang sedang menempuh studi di Yogyakarta. Sang teman memperkenalkan UNAIR dan Program Beasiswa Airlangga Development Scholarship (ADS) yang membuka kesempatan bagi pelajar dari berbagai negara berkembang.
“Saat saya diterima, saya langsung yakin. Saya tahu Indonesia bukan negara berbahasa Inggris, tapi justru itu membuat saya tertarik. Saya ingin menjelajahi budaya yang berbeda,” ujar Ebou.
Lebih dari sekadar mengejar gelar akademik, Ebou memilih Indonesia karena menilai sistem pendidikannya mendorong mahasiswa untuk aktif melakukan penelitian dan publikasi ilmiah.
“Di beberapa negara, program magister hanya mengandalkan ujian atau tugas kuliah. Tapi di UNAIR, publikasi itu wajib. Saya ingin menjadi peneliti yang mampu berkontribusi dalam menyelesaikan tantangan di negara saya,” tuturnya.
Sebelum melanjutkan studi di bidang ekonomi, Ebou menyelesaikan pendidikan di bidang matematika. Baginya, keterkaitan antara matematika dan ekonomi menjadi bekal kuat untuk membangun analisis berbasis data yang akurat.
“Saya ingin membawa perubahan di negara saya. Bukan hanya lewat ilmu, tetapi juga lewat moralitas—seperti yang selalu ditekankan oleh UNAIR: excellence with morality.”
Selama menempuh studi, Ebou kerap menghabiskan waktu di perpustakaan. Ia memanfaatkan berbagai fasilitas kampus untuk melakukan riset dan menulis.
“Saya menargetkan minimal menerbitkan empat artikel ilmiah selama di Indonesia. Tiga artikel saya sudah diterima, dan satu lagi masih dalam proses,” ungkapnya penuh semangat.
Meski jauh dari keluarga, Ebou merasa sangat diterima di Surabaya. Menurutnya, para dosen dan mahasiswa Indonesia sangat memahami tantangan yang dihadapi mahasiswa internasional dan sering menggunakan bahasa Inggris dalam proses pembelajaran.
“Saya berterima kasih kepada semua orang di FEB UNAIR. Lingkungan belajar di sini sangat suportif,” katanya.
Di luar dunia akademik, Ebou menikmati kehidupan di Indonesia. Ia senang memasak sendiri di rumah, namun sesekali membeli nasi goreng dari pedagang kaki lima.
“Saya juga sering ke Pasar Kapasan untuk belanja bahan makanan. Orang Indonesia ramah, makanannya cocok, dan saya berharap suatu hari bisa mengunjungi Bali,” ujarnya sambil tersenyum.
Saat ditanya pesan apa yang ingin ia sampaikan kepada mahasiswa dari negaranya, Ebou menjawab tegas:
“Hidup di negeri orang memang penuh tantangan. Tapi kalau kamu tahu alasan kenapa kamu berangkat, kamu pasti bertahan. Indonesia adalah tempat yang luar biasa untuk belajar, berkembang, dan bermimpi.”
Kisah Ebou menjadi bukti nyata bahwa dengan tekad, semangat, dan nilai moral yang kuat, perjalanan pendidikan dapat mengubah masa depan—tidak hanya bagi diri sendiri, tetapi juga bagi tanah air tercinta.
Penulis: Afif Khilmun (LPPM Sektor FEB)