BERITA

FEB UNAIR DAN BANK INDONESIA GELAR FGD, DORONG UMKM MENUJU MODEL BISNIS SIRKULAR BERBASIS ANALISIS BIAYA MANFAAT LINGKUNGAN

FEB UNAIR DAN BANK INDONESIA GELAR FGD, DORONG UMKM MENUJU MODEL BISNIS SIRKULAR BERBASIS ANALISIS BIAYA MANFAAT LINGKUNGAN

(FEB NEWS) SURABAYA – Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga (UNAIR) berkolaborasi dengan Departemen Ekonomi Keuangan Inklusif dan Hijau (DEIH) Bank Indonesia (BI) menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) dan Diseminasi Kajian bertajuk “Pengembangan Bisnis Model UMKM Berbasis Ekonomi Sirkular” pada Jumat, 28 November 2025. Acara ini bertujuan merumuskan arah kebijakan dan strategi pengembangan UMKM agar mampu beralih dari model linear (take, make, dispose) menuju model sirkular yang lebih efisien dan berkelanjutan.

Wakil Dekan III FEB UNAIR, Novrys Suhardianto, S.E., M.S.A., Ak., Ph.D., dalam sambutannya menekankan pentingnya peran akademisi dalam mengkaji potensi bisnis UMKM yang terintegrasi dengan isu lingkungan, mengingat sektor UMKM merupakan tulang punggung perekonomian nasional.

Acara FGD tersebut diselenggarakan di Ruang 206, Lantai 2 FEB UNAIR dan diikuti oleh berbagai pemangku kepentingan. Selain bapak/ibu dosen dari Departemen Ilmu Ekonomi FEB UNAIR dan perwakilan Departemen Ekonomi Keuangan Inklusif dan Hijau (DEIH) Bank Indonesia, kegiatan ini juga menghadirkan para penanggap & Materi dari kalangan akademisi, yakni Prof. Dr. Deni Kusumawardani, S.E., M.Si., dan Ilmiawan Auwalin, S.E., M.App.Ec., Ph.D., serta perwakilan Yayasan Bina Bhakti Lingkungan. FGD ini juga memperoleh partisipasi aktif dari mahasiswa program Magister (S2) dan Doktor (S3) FEB UNAIR.

Meningkatkan Kelayakan Bisnis dengan Digitalisasi Hijau

Sebagai Keynote Speaker, Donni Fajar Anugrah, Deputi Direktur Kelompok Pengembangan Ekonomi Keuangan Hijau Bank Indonesia, memaparkan hasil kajian yang menyoroti potensi besar Ekonomi Sirkular (ES) dalam mengatasi limbah sebagai penyumbang emisi Gas Rumah Kaca.

“Model bisnis sirkular mampu menciptakan nilai tambah ekonomi. Dari hasil piloting di empat subsektor berbeda (BSF, Eco-Fashion Serat Daun Nanas, Eco-Furniture Sampah Plastik, dan Minyak Jelantah), terbukti semua memiliki Net Present Value (NPV) yang positif,” jelas Donni.

Ia mencontohkan, simulasi menunjukkan investasi Rp1 miliar pada model BSF berpotensi menciptakan hingga 148 lapangan kerja baru, sementara Eco-Fashion dari serat daun nanas mampu menciptakan 116 lapangan kerja baru.

Dalam upaya meningkatkan akses pembiayaan hijau, Donni juga mengungkapkan BI tengah mengembangkan “Kalkulator Hijau”. Alat digital ini dirancang untuk mengukur tingkat ‘kehijauan’ suatu UMKM, sehingga dapat memberikan transparansi kinerja dan mempermudah penilaian kelayakan pembiayaan oleh perbankan.

Tinjauan Akademis: Urgensi Valuasi Ekonomi Lingkungan

Sesi FGD menghadirkan kontribusi ilmiah dari akademisi FEB UNAIR. Prof. Dr. Deni Kusumawardani, S.E., M.Si., menekankan bahwa penerapan Ekonomi Sirkular harus dilihat dari perspektif Ekonomi Lingkungan.

“Circular Economy tidak hanya bicara soal ekonomi semata, tetapi juga keberlanjutan dan dampaknya pada lingkungan. Oleh karena itu, kita perlu menggunakan instrumen Analisis Biaya Manfaat Lingkungan (Environmental CBA) untuk mengukur secara kuantitatif seluruh biaya dan manfaat yang dihasilkan,” tegas Prof. Deni.

Sementara itu, Ilmiawan Auwalin, S.E., M.App.Ec., Ph.D., memberikan tinjauan kritis terhadap studi model bisnis yang ada. Ia menyoroti tiga aspek penting: perlunya analisis risiko sensitivitas harga, perhitungan biaya peluang (opportunity cost) limbah, dan yang paling krusial, perlunya jaminan keberlanjutan pasokan limbah sebagai bahan baku utama, khususnya bagi model BSF, agar dampak ekonomi tidak overestimated.

Praktik Lapangan: Sampah yang Selalu Ada

Dari sisi praktisi, Bu Nurul Chasanah S. Kom. I dari Yayasan Bina Bhakti Lingkungan (YBBL) memaparkan implementasi nyata di lapangan. Ia menjelaskan YBBL memilih sampah sebagai fokus utama bisnis karena potensi ketersediaannya yang tinggi dan berkelanjutan.

“Kami memilih sampah sebagai bisnis kami karena sampah itu ada setiap hari dan tidak pernah ada habisnya. Melalui program seperti Bank Sampah Keliling (Bankeling) dan Layanan Tuang Sampah, kami memberdayakan masyarakat dan sekaligus membangun kesadaran pelestarian lingkungan,” ujar Nurul Chasanah.

Acara ditutup oleh Dekan FEB UNAIR, Prof. Dr. Rudi Purwono, yang menyampaikan apresiasi atas sinergi antara regulator, akademisi, dan praktisi ini. Diharapkan FGD ini dapat menghasilkan roadmap pengembangan UMKM Sirkular yang realistis dan berkelanjutan, serta menjadi dasar perumusan kebijakan yang lebih inklusif dan bertanggung jawab terhadap lingkungan.