
Jakarta, Selasa 12 Agustus 2025 – Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga (FEB UNAIR) melalui program pengabdian masyarakat (pengmas), yaitu “Peduli Usaha Mikro Kecil: Pemberdayaan Masyarakat Vol.2” kembali menunjukkan komitmennya dalam mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya SDGs 1 (Tanpa Kemiskinan), SDGs 4 (Pendidikan Berkualitas), SDGs 8 (Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi), dan SDGs 17 (Kemitraan untuk Mencapai Tujuan). Kali ini, kegiatan pengmas dilakukan di Kelurahan Pondok Kelapa, Kota Jakarta Timur yang berkolaborasi dengan KPPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha) Kanwil IV. Kegiatan ini terbagi menjadi dua, yaitu dengan fokus pada pemberdayaan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) melalui pelatihan pemasaran digital dan literasi persaingan usaha yang sehat maupun tidak sehat. Serta penyuluhan atau sosialisasi terkait FEB UNAIR dan KPPU di salah satu SMA, yaitu di SMAS Muhammadiyah 23 Jakarta.
Program ini dilatarbelakangi oleh masih rendahnya pemahaman pelaku UMKM terhadap strategi pemasaran digital dan pentingnya menciptakan iklim usaha yang adil. Dalam konteks ini, tim pengmas yang terdiri dari Dosen Pendamping Lapangan (DPL) yaitu Zahrin Haznina Qalby, S.M., M.Sc. serta mahasiswa aktif FEB UNAIR yaitu Siska Amelia Putri Program Studi S1 Ilmu Ekonomi yang berupaya memberikan edukasi praktis yang relevan dengan tantangan ekonomi saat ini. Kegiatan ini juga menjadi bagian dari kolaborasi strategis dengan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) dalam mendorong usaha yang kompetitif dan memiliki etika.
Kegiatan pengmas ini berlangsung selama hampir satu bulan, yaitu pada 17 Juli – 8 Agustus 2025. Selama periode tersebut, peserta (pelaku UMKM) mendapatkan materi mengenai dasar-dasar pemasaran digital, persaingan usaha yang sehat dan persaingan usaha yang tidak sehat, serta pengenalan KPPU dan tugas wewenangnya. Selain itu, peserta juga mencoba untuk membuat dan mendaftar pembayaran digital berupa Qris.
Sebanyak tiga pelaku UMKM yang mengikuti pembinaan intensif :
1) Sate Ayam dan Kambing Madura
UMKM ini memiliki kekurangan berupa tidak adanya metode pembayaran non-tunai sehingga pembeli yang terbiasa menggunakan QRIS sering kali batal membeli. Promosi masih terbatas dari mulut ke mulut.
2) Pempek Bejo
UMKM ini memiliki kekurangan penurunan jumlah pelanggan semenjak adanya pembayaran digital atau Qris. Serta masih bergantung pada sistem pembayaran tunai dan belum memahami potensi layanan digital dalam meningkatkan efisiensi usaha.
3) Bubur Kacang Ijo Madura
UMKM ini memiliki kekurangan berupa tidak memiliki strategi promosi visual, sehingga sulit bersaing dengan produk sejenis yang lebih menarik secara tampilan.
Serta, sebanyak 100 murid SMA mengikuti kegiatan ini. Setelah pembinaan, peserta menyatakan meningkatnya pengetahuan dalam memasarkan produk secara digital dan kesadaran akan pentingnya persaingan usaha yang sehat. Tak hanya itu, tiga peserta tersebut berhasil membuat pembayaran digital berupa Qris, yang sebelumnya tidak mereka kuasai.
“Saya sangat terbantu dengan adanya program kakak, apalagi bagian membuat Qris. Biasanya orang-orang sekarang kalau beli pasti yang ditanya ada qris atau tidak” ujar Bu Rosi, salah satu peserta pelaku usaha makanan berat.
Kegiatan ini memberikan dampak langsung yang dirasakan oleh peserta dalam meningkatkan kapasitas ekonomi masyarakat lokal serta mendorong kemandirian pelaku UMKM secara berkelanjutan. Mereka kini lebih percaya diri dalam menjalankan usaha, mampu menjangkau konsumen yang lebih luas, dan memiliki pemahaman yang lebih baik mengenai etika dalam berkompetisi di pasar.
Mahasiswa FEB UNAIR turut aktif dalam seluruh proses kegiatan, mulai dari perancangan materi, fasilitasi sesi pembinaan, hingga pendampingan teknis kepada peserta. Kolaborasi antara mahasiswa, dosen, dan pihak KPPU memperkuat sinergi antara dunia akademik, regulator, dan masyarakat.
Program ini sejalan dengan :
• SDGs 1 yang dimana mengurangi kemiskinan melalui peningkatan kapasitas ekonomi pelaku UMKM.
• SDGs 4 yang dimana memberikan edukasi berkualitas dalam bidang pemasaran digital dan etika usaha.
• SDGs 8 yang dimana mendorong pertumbuhan ekonomi inklusif melalui penguatan sektor UMKM.
• SDGs 17 yang dimana mewujudkan kemitraan yang efektif antara perguruan tinggi (FEB Unair), masyarakat, dan lembaga pemerintah (KPPU).