Universitas Airlangga

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

BERITA

KEWIRAUSAHAAN DIGITAL UNTUK PEMUDA PEDESAAN: PELUANG DAN TANTANGAN DI INDIA DAN PAPUA NUGINI

KEWIRAUSAHAAN DIGITAL UNTUK PEMUDA PEDESAAN: PELUANG DAN TANTANGAN DI INDIA DAN PAPUA NUGINI

(FEB NEWS) Selasa, 3 Juni 2025 — Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga secara resmi membuka The 9th International Conference and Ph.D. Colloquium for Economics and Business (9th ICEB) pada Selasa ini. Konferensi yang berlangsung selama dua hari ini menghadirkan akademisi, peneliti, dan praktisi dari berbagai negara untuk membahas isu-isu strategis di bidang ekonomi dan bisnis global.

Salah satu pembicara utama, Dr. Vasilios Stouraitis dari Glasgow Caledonian University, United Kingdom, memaparkan hasil penelitian kolaboratif dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai tantangan dan peluang kewirausahaan digital di kalangan pemuda pedesaan di negara-negara Global Selatan, khususnya di India dan Papua Nugini.

Dr. Stouraitis menyoroti sejumlah hambatan utama yang dihadapi pemuda usia 15–24 tahun, seperti terbatasnya akses terhadap teknologi digital, pelatihan kewirausahaan, dan kebijakan yang belum inklusif. Meski demikian, pemuda mulai menjajaki peran di sektor jasa agribisnis, bukan hanya produksi.

“Pemuda pedesaan menghadapi hambatan serius dalam mengakses sumber daya digital dan pelatihan kewirausahaan yang relevan. Untuk menciptakan perubahan yang berkelanjutan, diperlukan kebijakan yang menyeluruh dan dukungan pendidikan yang mampu membekali mereka dengan keterampilan dan akses yang memadai,” ujar Dr. Stouraitis. Ia juga menegaskan bahwa “Fokus solusi digital dan pelatihan yang mudah diakses dapat mengubah lanskap kewirausahaan pedesaan dan membuka peluang baru yang selama ini kurang tereksplorasi, terutama bagi para wirausahawan muda yang selama ini terpinggirkan.”

Studi ini juga mengungkap pentingnya digitalisasi untuk membuka akses pasar dan logistik, serta daya tarik sektor pertanian bagi generasi muda. Menariknya, banyak wirausahawan perempuan lebih memilih berusaha secara berkelompok, menciptakan peluang pengembangan kapasitas kolektif.

Sebagai tindak lanjut, para peneliti merekomendasikan pengembangan program pelatihan keterampilan baru yang relevan dengan tuntutan pasar digital dan kebutuhan lokal, serta pemanfaatan teknologi digital guna menjangkau wilayah-wilayah terpencil dan mengatasi hambatan infrastruktur. Selain itu, reformulasi kebijakan pemerintah yang lebih responsif, inklusif, dan mudah diakses menjadi hal penting yang disoroti. Tak kalah penting, perluasan peran pemuda tidak hanya dibatasi pada sektor produksi, tetapi juga mencakup distribusi, pengolahan, dan layanan dalam rantai nilai pertanian.

Dokumen lengkap studi ini telah dipublikasikan sebagai bagian dari inisiatif bersama PBB dan International Food Policy Research Institute (IFPRI), dan diharapkan  menjadi rujukan strategis dalam membangun ekosistem kewirausahaan pedesaan yang inklusif dan berkelanjutan.