BERITA

MEMBANGUN EKONOMI TANGGUH JAWA TIMUR: SUARA PROF. RUDI PURWONO

MEMBANGUN EKONOMI TANGGUH JAWA TIMUR: SUARA PROF. RUDI PURWONO

Surabaya, selasa 12 Agustus 2025 — Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga (FEB UNAIR), Prof. Dr. Rudi Purwono, SE., M.SE., dalam Conference and Winner Announcement EJAVEC 2025 menegaskan pentingnya lima pilar pembangunan ekonomi Jawa Timur. Pilar tersebut meliputi produktivitas, inovasi, inklusivitas, pembangunan, serta daya tahan menghadapi guncangan global. Menurutnya, kelima aspek ini akan sangat menentukan arah pertumbuhan ekonomi Jawa Timur ke depan.

Prof. Rudi memaparkan bahwa produktivitas Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara-negara Asia seperti Jepang, Korea Selatan, dan Tiongkok. Total faktor produktivitas nasional dalam lima dekade terakhir cenderung bergerak lambat. “Kalau kita lihat total faktor produktivitas, Indonesia dibandingkan Malaysia, Jepang, Korea, dan Tiongkok, rata-ratanya masih jauh tertinggal,” ujarnya.

Ia menjelaskan, sejak 1960 hingga 2012, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas antara lain pendidikan, urbanisasi, investasi, kelembagaan, dan kompleksitas ekonomi. Namun dalam periode 1995–2012, demografi justru muncul sebagai aspek dominan. Kesetaraan gender serta inovasi juga dinilai menjadi pilar penting yang tidak boleh diabaikan.

Rendahnya investasi riset dan pengembangan (R&D) turut menjadi perhatian. Anggaran R&D Indonesia masih sangat kecil dibandingkan Korea Selatan, Jepang, maupun Tiongkok. “Kalau kita perhatikan research and development, kontribusinya terhadap GDP kita masih sangat rendah,” tegasnya.

Kualitas sumber daya manusia (SDM) menurutnya juga menjadi kunci. Data menunjukkan bahwa sejak 1971 hingga 2022, perkembangan kualitas SDM berjalan seiring dengan produktivitas. Namun, tingkat investasi dalam teknologi informasi dan komunikasi (ICT) masih relatif rendah. Prof. Rudi menekankan pentingnya meningkatkan investasi di sektor ICT agar mampu mempercepat transformasi industri nasional.

Lebih jauh, ia menyoroti penggunaan teknologi oleh perusahaan di Indonesia. Survei menunjukkan hanya enam persen perusahaan yang telah menggunakan teknologi maju, sementara 64 persen masih bertumpu pada teknologi dasar. Padahal, kontribusi teknologi dapat mencapai 70 persen dalam mendorong efisiensi dan produktivitas. “Kondisi ini menjadi pengingat bagi kita semua untuk terus mendorong industri meningkatkan kemampuan beradaptasi dengan teknologi,” ungkapnya.

Dalam konteks Jawa Timur, kawasan industri tumbuh pesat di wilayah pantai utara seperti Surabaya, Gresik, dan Lamongan, hingga terkoneksi dengan Semarang dan Jakarta. Namun kawasan selatan, seperti Malang dan sekitarnya, masih relatif tertinggal. Prof. Rudi mendorong agar pengembangan kawasan selatan lebih diprioritaskan demi pemerataan pembangunan.

Di sisi infrastruktur, ia menilai transportasi Jawa relatif lengkap, mulai dari jalan tol, kereta api, hingga pelabuhan. Ia menekankan bahwa logistik jarak jauh paling efektif menggunakan jalur kereta yang terhubung langsung dengan pelabuhan. Pada aspek energi, permintaan listrik untuk industri di Jawa Timur terus meningkat dan hampir mendekati kapasitas produksi. Hal ini, menurutnya, perlu diantisipasi agar tidak menghambat investasi.

Bappenas telah memetakan klaster industri Jawa Timur, antara lain petrokimia, metalurgi, maritim, agroindustri, dan perikanan. Koridor industrinya mencakup makanan-minuman, tembakau, kayu, kertas, dan kimia. Agroindustri dipandang unggul karena berbasis pertanian kuat dan menyerap tenaga kerja besar, meski penggunaan teknologi di sektor ini masih terbatas pada level menengah.

Menutup paparannya, Prof. Rudi menegaskan bahwa UMKM tetap memiliki kontribusi besar terhadap perekonomian Jawa Timur. Dukungan terhadap UMKM datang dari berbagai pihak seperti Bank Indonesia, Kementerian Keuangan, dan Dinas Koperasi dan Perindustrian. Program pembiayaan, pendampingan, hingga fasilitasi ekspor terus digulirkan. Bahkan, pemerintah provinsi mendorong setiap lembaga daerah melahirkan inovasi yang melibatkan UMKM.

Dukungan terhadap produktivitas, inovasi, dan UMKM sejalan dengan agenda pembangunan berkelanjutan, khususnya SDG 8 (Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi) serta SDG 9 (Industri, Inovasi, dan Infrastruktur). Dengan penguatan pilar-pilar ini, Jawa Timur diharapkan dapat membangun fondasi ekonomi yang lebih tangguh, inklusif, dan berdaya saing global.

Penulis: Dhamar Gandhang Panji N. (E-Radio FEB UNAIR)