(FEB NEWS) Jumat, 16 Mei 2025 – Dalam menghadapi tantangan disrupsi digital dan pesatnya perkembangan teknologi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga (FEB UNAIR) bekerja sama dengan JTV menyelenggarakan Focused Group Discussion (FGD) bertajuk “Navigating a Changing Media Landscape” pada Jumat pagi (16/5). Bertempat di Gedung ASEEC Lt. 4 (Ruang Rote), Kampus B Surabaya, forum ini menjadi wadah strategis untuk mempertemukan akademisi, regulator, serta para pemimpin redaksi dari berbagai media nasional dan lokal.
Dekan FEB UNAIR, Prof. Dr. Dian Agustia, S.E., M.Si., Ak., dalam sambutannya menekankan bahwa perubahan lanskap media bukanlah fenomena sektoral semata, melainkan bagian dari transformasi multidimensi yang menyentuh berbagai aspek kehidupan. Mulai dari cara masyarakat mengakses informasi, pembentukan opini publik, hingga bagaimana organisasi menyusun struktur, strategi komunikasi, dan pengelolaan sumber daya manusia.
“Perubahan ini menuntut industri media untuk mampu beradaptasi, menata ulang strategi komunikasi, dan mengelola sumber daya manusia secara cermat. Karena itu, forum seperti ini menjadi penting sebagai wadah kolaboratif antara akademisi, pemerintah, dan pelaku industri untuk mencari solusi yang efektif,” ujar Prof. Dian.
FGD ini menghadirkan Prof. Dr. Gancar Candra Premananto, S.E., M.Si., Guru Besar Perilaku Konsumen FEB UNAIR, sebagai pembicara sekaligus moderator diskusi. Dalam pengantarnya, Prof. Gancar mengingatkan bahwa tantangan hari ini bukanlah antara manusia dan teknologi, melainkan antara manusia yang mampu dan tidak mampu beradaptasi dengan teknologi.
“Kita tidak sedang bicara tentang AI versus manusia, tapi human versus AI. Yang menggantikan kita bukan robot, tetapi orang yang menguasai teknologi dan kecerdasan buatan,” tegasnya.
Sesi FGD diwarnai pemaparan penting dari Direktur Utama LPP TVRI, Imam Brotoseno, yang memprediksi bahwa pada tahun 2030, konsumsi televisi akan sepenuhnya beralih ke platform on-demand.
“Permasalahannya bukan pada televisi sebagai perangkat, melainkan pada cara kita mengakses konten. Kreativitas lintas-platform akan menjadi penentu keberlangsungan media,” jelas Imam.
Putut Darmawan, S.E., M.M., selaku Kepala Bidang Informasi dan Komunikasi Publik Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Jawa Timur, turut menyampaikan pandangan dari sisi regulator. Ia menekankan bahwa Pemprov Jatim menyadari pergeseran besar pendapatan iklan ke ranah digital dan berkomitmen menyesuaikan kebijakan agar industri media lokal mampu bertransformasi secara berkelanjutan.
Diskusi panel menghadirkan tokoh-tokoh utama media nasional dan lokal, yakni:
- Abdul Rokhim – JTV
- Wachid Mukaidori – Kompas TV
- Ahmad Willy – MNC Group
- Walid – Trans Media
- Henty – TV One
- Mahmud – Metro TV
- Budiono – EMTEK Group
- Eddy Prastyo – Radio Suara Surabaya
- Yuyun Albaiyah – Radio Elshinta
- Lucky Lokononto – BeritaJatim
- Kukuh Setyo Budi – RRI
- Asep Suhendar – TVRI
Para panelis sepakat bahwa meskipun teknologi digital telah mendisrupsi banyak aspek, nilai esensial jurnalisme tidak tergantikan. Namun, model bisnis media perlu direvitalisasi melalui distribusi digital, pemanfaatan konten buatan pengguna (user-generated content), serta kolaborasi lintas-platform.
Dalam paparannya, Eddy Prastyo dari Radio Suara Surabaya mengungkapkan bahwa total belanja iklan Indonesia meningkat dari Rp126 triliun (2024) menjadi Rp130 triliun (2025), dengan 76% tetap terserap di televisi, sementara radio hanya 0,4% dan sisanya mengalir ke media digital. Data ini memperlihatkan urgensi media konvensional untuk segera menyesuaikan strategi distribusinya.
Sebagai penutup, Prof. Gancar menyampaikan pentingnya sinergi antara akademisi, media, dan pemerintah dalam merumuskan kebijakan yang progresif dan strategi komunikasi yang inklusif.
“Transformasi digital bukan pilihan, tetapi keniscayaan. Untuk itu, organisasi harus mampu menjalankan strategi ambidextrous—yakni eksplorasi dan eksploitasi—serta membangun kolaborasi lintas sektor demi menciptakan ekosistem media yang tangguh dan berdaya saing di masa depan,” pungkasnya.