TIM 2 juara 3 FEB Unair GSENT 2018 r

National Islamic Economic Olympiad merupakan salah satu rangkaian acara Gunadarma Sharia Economic Event (GSENT) 2018. GSENT sendiri merupakan perhelatan akbar yang diselenggarakan setiap tahun oleh Sharia Economic Forum (SEF) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gunadarma. Mengusung tema “Revitalize the Role of Islam in Realizing Indonesia as One of the Largest Economies in the World”  yang tengah hangat di tengah-tengah mahasiswa saat ini, GSENT bertujuan untuk mewadahi para mahasiswa yang memiliki ketertarikan terhadap ekonomi Islam untuk meningkatkan intelektualitas dan kemampuan dalam proses pencapaian tujuan bersama, yakni membumikan ekonomi Islam di Indonesia. Kegiatan ini juga sebagai wadah bertemunya para mahasiswa terbaik dari seluruh Perguruan Tinggi se-Indonesia.

National Islamic Economic Olympiad terdiri dari beberapa tahap, yaitu tahap penyisihan, semifinal, dan grand final sebagai acaranya puncaknya yang digelar di Universitas Gunadarma Depok, pada tanggal 18-21 April 2018. Namun, jauh sebelum acara puncak, para peserta harus melalui tahap penyisihan dengan mengirimkan essay dan mengerjakan virtual test secara online. Tahap penyisihan dilakukan mulai bulan Januari hingga Maret untuk pengumpulan essay yang mengambil tema “Realizing Maqashid Al-Shariah to Achieve Economic Justice through Islamic Philanthropy”. Setelah tahap penyisihan selesai, maka diumumkanlah 12 tim terbaik yang berhak lolos ke tahap semifinal di Universitas Gunadarma. 12 tim terbaik dari seluruh perguruan tinggi di Indonesia yang berhasil lolos tahap semifinal diantaranya adalah 3 tim dari Universitas Airlangga, 2 tim dari Institut Pertanian Bogor, Universitas Hasanudin, Universitas Negeri Semarang, Universitas Gunadarma, UIN Sunan Kalijaga, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, STEI Tazkia, dan Universitas Brawijaya.

Tahap semifinal yang diselenggarakan di Universitas Gunadarma terdiri dari tes tulis, open discussion, dan study case. Dalam rangkaian olimpiade ini, seluruh peserta dilarang menyebutkan identitas kampus asalnya untuk objektivitas penilaian. Babak tes tulis ini bertujuan untuk menguji tingkat kemampuan dan pemahaman semifinalis mengenai pengetahuan ekonomi Islam dan ekonomi konvensional. Open discussion menjadi rangkaian semifinal kedua setelah tes tulis. Pada sesi open discussion ini dibagi menjadi dua kloter dengan tema diskusi yakni, “Islamic Capitalism: Dipeluk Atau Digebuk?”. Setiap tim diberi kesempatan untuk menyampaikan argumennya dengan dipandu oleh seorang moderator. Pada tahap ini diharapkan setiap individu dari kelompok berusaha menunjukkan kecakapannya dalam berargumen dan didukung dengan data yang valid.

Di tengah-tengah rangkaian babak semifinal, peserta juga mengikuti seminar internasional yang menjadi rangkaian acara GSENT 2018. Seminar internasional ini mengangkat tema tentang Financial Technology. Babak terakhir dari rangkaian semifinal adalah case study. Setiap tim berhak mendapatkan satu case yang harus dijawab yang dilanjutkan dengan sesi tanya jawab bersama dewan juri. Uniknya dalam case study ini, setiap tim mendapat case dari video yang telah disediakan panitia dari beberapa tema, yakni perbankan syariah, pasar modal syariah, Islamic microfinance, filantropi Islam (ZISWAF), dan makro ekonomi Islam. Selain soal wajib, terdapat dua soal rebutan yang diberikan setelah semua peserta selesai menjawab soal wajib. Babak case study adalah babak yang benar-benar menguji kepekaan peserta mengenai permasalahan terhangat ekonomi Islam karena dengan waktu case building 2 menit peserta harus mampu menjawab case study yang diberikan oleh panitia.

Setelah rangkaian semifinal selesai, diumumkanlah empat dari dua belas tim yang berhak melaju ke babak final. Dua dari tiga tim Universitas Airlangga berhasil lolos ke tahap grand final dengan anggota Abdul Kafi (Prodi Ekonomi Islam, 2016), Evi Aninatin Ni’Matul Choiriyah (Prodi Ekonomi Islam, 2016) dan Salma Fioren Salsabella (Prodi Ekonomi Islam, 2016) sebagai Tim 1 dan Rizka Lailatu Millah (Prodi Ekonomi Pembangunan, 2015), Muhammad Ruliszar (Prodi Manajemen, 2016), dan Muhammad Bachrul Ulum Fanani (Prodi Akuntansi, 2015) sebagai Tim 2. Tahap grand final GSENT 2018 menjadi sangat eksklusif karena pada babak ini para finalis diberi sebuah kasus yang harus dipresentasikan dalam student conference yang dihadiri oleh mahasiswa, praktisi, para penggiat dan tokoh ekonomi Islam. Case yang diberikan oleh panitia mengacu kepada tema besar GSENT, yakni “Revitalize the Role of Islam in Realizing Indonesia as One of the Largest Economies in the World”. Finalis diberi waktu 10 menit untuk presentasi dan 20 menit untuk tanya jawab dengan dewan juri dan peserta konferensi. Sesi ini memberikan kesempatan kepada seluruh peserta konferensi untuk saling bertukar ide dan gagasan mengenai ekonomi Islam.

Dengan waktu yang singkat, yakni tidak sampai 24 jam, finalis Olimpiade GSENT dituntut untuk membuat framework yang mengarah pada solusi atas case  yang diberikan. Tim FEB Unair mendapatkan case “Bagaimana filantropi Islam mampu menjamin hifdzul aql?”. Sebenarnya jika berbicara mengenai filantropi Islam tentu kita akan terhubung dengan instrumen ZISWAF (zakat, infak, shadaqah dan wakaf) yang akan dijadikan alat untuk menjamin tercapainya hifdzul aql.

Grand final National Islamic Economic Olympiad ditutup dengan pengumuman pemenang. Tim Universitas Airlangga pada kesempatan ini berhasil meraih Juara 1 (Abdul Kafi, Evi Aninatin Ni’Matul Choiriyah dan Salma Fioren Salsabella) dan Juara 3 (Rizka Lailatul Millah, Muhammad Ruliszar dan Muhammad Bachrul Ulum Fanani).

Alhamdulillah dengan meraih prestasi ini, delegasi FEB Unair berharap mampu menunjukkan bahwa kegemilangan dan kejayaan ekonomi Islam mampu ditegakkan kembali. Dengan prestasi ini mereka juga berharap banyak mahasiswa yang terinspirasi dan tergerak hatinya untuk mengikuti kompetisi untuk membanggakan almamater. Banyak mahasiswa yang cakap dan pintar, namun masih enggan dan malu mengikuti kompetisi. Besar harapan mereka untuk terus mempengaruhi dan memberikan kebermanfaatan bagi lingkungan sekitar. Selagi masih ada kesempatan untuk mengharumkan almamater, mengapa tidak?

Untuk semua pejuang ekonomi Islam dan mahasiswa Universitas Airlangga, mereka memegang teguh prinsip, “Bergerak memang melelahkan, tapi diam lebih memalukan” dan “Jalan dakwah itu berat, kalau ada jalan dakwah yang mudah pasti kita salah jalan”. Dua prinsip itulah yang selalu mereka pegang untuk terus berprestasi dan berupaya mengharumkan almamater tercinta. Banyak orang yang cerdas, tapi jika ilmu yang diperoleh tidak dimanfaatkan apa gunanya? Keberkahan sebuah ilmu dapat terwujud dengan mengimplementasikannya. Selamat berproses dan nikmati prosesnya dengan penuh percaya diri! ()

BERITA TERKINI

PENGUMUMAN AKADEMIK

KEGIATAN MAHASISWA

PELUANG KERJA