Kamis pagi 15 September 2016 Fakultas Ekonomi dan Bisnis mendapat kesempatan menjadi salah satu dari sedikit kampus yang menjadi pilihan Direktorat Jendral Perundingan Perdagangan Internasional, Kementerian Perdagangan Republik Indonesia untuk melakukan sosialisasi hasil dan proses perundingan yang saat ini tengah berjalan. Hadir dalam kesempatan tersebut adalah Sekretaris Direktorat Jendral Perundingan Perdagangan Internasional Bapak Syamsul Bahri. Acara yang awalnya ditargetkan hanya dihadiri 100 mahasiswa tersebut ternyata mendapat animo yang sangat besar dari mahasiswa sehingga jumlah peserta yang berpartisipasi dalam agenda sosialisasi tersebut mencapai 230 mahasiswa.

Dalam kesempatan tersebut dihadirkan 3 orang narasumber yang semuanya merupakan pakar di bidang perekonomian internasional baik perdagangan maupun keuangan. Pembicara pertama merupakan dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia yang juga aktif di LPEM FEB UI, yakni Fithra Faisal Hastiadi Ph.D. Pembicara kedua adalah Ketua Departemen Ekonomi di Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Dr. Yose Rizal Damuri. Yang terakhir adalah dosen dan Ekonom dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis, yakni Rossanto Dwi Handoyo Ph.D.

Ketiga pembicara tersebut memberikan pandangannya mengenai perkembangan kerjasama perdagangan internasional yang dua dekade terakhir diwarnai munculnya blok blok baru perdagangan internasional menyusul buntunya perundingan di Level WTO( World Trade Organization). Hal ini juga mengindikasikan semakin meratanya persebaran kekuatan yang mampu mendrive aktivitas perdagangan internasional, dimana sebelumnya selalu menjadi domain negara-negara maju di belahan bumi utara, namun saat ini sudah mampu diimbangi oleh kekuatan negara-negara berkembang di belahan bumi selatan. Blok perdagangan tersebut antara lain ada di ASEAN dengan beberapa negara disekitarnya seperti China, Australia dan Jepang, dan Blok perdagangan yang baru baru ini muncul yakni Trans-Pasific Partnership(TPP).
Situasi diatas sedikit banyak memberikan peluang bagi Indonesia untuk mengoptimalkan capaian perdagangan luar negerinya.Dalam konteks inilah Direktorat jenderal Perundingan Perdagangan memegang peranan penting memuluskan target ekspor nasional. Hal ini mengingat bahwa aktifitas perdagangan internasional tidak semata-mata dipengaruhi faktor-faktor ekonomi, namun banyak sekali faktor non-ekonomi yang juga menjadi variabel penentu. Terutama faktor hambatan-hambatan non Tarif yang diberlakukan negara tujuan dagang terhadap barang barang dari Indonesia.
Pada sesi tanya jawab dan diskusi salah satu dosen senior FEB UNAIR Bpk Soebagyo memberikan catatan tentang perlunya pemerintah mempersiapkan diri dengan matang sebelum masuk terjun ke sebuah blok perdangan bebas, terutama dalam hal daya saing produk-produk dalam negeri. Hal yang sama juga diamini oleh Bpk Rossanto bahwa saat ini daya saing Indonesia masih sangat lemah dibanding negara-negara kompetitor. Sehingga persiapan yang komprehensif dan matang menjadi syarat mutlak sebelum kita memutuskan menjadi bagian dari blok perjanjian perdagangan.
Di akhir acara Bpk Syamsul Bahri selaku sekretaris Dirjen PPI menyampaikan beberapa hal terkait aktifitas perundingan perdagangan dengan negara manapun. Direktorat Jenderal PPI tidak akan menandatangani sebuah perjanjian kecuali perjanjian tersebut membuka akses pasar bagi pengusaha Indonesia, Tercipta Investasi baru dari negara partner, dan ada capacity buildingdari negara mitra terhadap kinerja ekonomi Indonesia.